STRUKTUR KOMUNITAS TUMBUHAN
(RIPARIAN)
MUHAMMAD SAYID NAUFAL
SITOMPUL
1804112695
PEMANFAATAN SUMBERDAYA
PERIKANAN
LABORATORIUM EKOLOGI DAN
MANAJEMEN LINGKUNGAN PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA
PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU
KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Beragam jenis tanaman yang dapat dijumpai di
daerah pesisir maupun tepi sungai, mulai dari jenis rerumputan, tanaman perdu,
dan pepohonan besar. Namun saat ini jumlah dari jenis vegetasi yang terdapat di
pinggiran perairan telah mengalami penurunan. Padahal dari segi manfaat banyak
sekali yang dapat di ambil dari keberadaan vegetasi tumbuhan, antara lain
menghambat laju nya abrasi sungai dimana vegetasi ini merupakan jalur hijau (green
belt) yang berperan sebagai benteng biologis penahanan keutuhan tebing. Selain
itu, berkat pada pola sistem peranakan dan perakaran serta dedaunan yang rimbun
merupakan tempat yang nyaman untuk berlindung bagi biota sungai. Tumbuhan
riparian sebagi sumberdaya alam khas daerah tropik, mempunyai tugas strategis
bagi ekosistem, yaitu: sebagai penyambung dan penyeimbang ekosistem darat dan
laut. Tumbuh-tumbuhan, hewan dan berbagai nutrisi ditransfer ke arah darat atau
laut melalui tumbuhan yang hidup di sepanjang pinggiran perairan.
Mintakat riparian/lasta atau wilayah riparian adalah mintakat
peralihan antara sungai dengan daratan. Wilayah ini memiliki karakter yang
khas, karena perpaduan lingkungan perairan dan daratan. Salah satunya,
komunitas tumbuhan pada mintakat ini dicirikan oleh tetumbuhan yang beradaptasi
dengan perairan, yakni jenis-jenis tumbuhan hidrofilik yang dikenal sebagai
vegetasi riparian. Perkataan riparian berasal dari bahasa Latin ripa, yang
berarti “tepian sungai”. Mintakat riparian bersifat penting dalam ekologi,
pengelolaan lingkungan dan rekayasa sipil, terutama karena peranannya dalam
konservasi tanah, keanekaragaman hayati yang dikandungnya, serta pengaruhnya
terhadap ekosistem perairan. Bentuk fisik mintakat ini bisa bermacam-macam, di
antaranya berupa hutan riparian, paya-paya, aneka bentuk lahan basah, atau pun
tak bervegetasi. Istilah-istilah teknis seperti sempadan sungai dan kakisu
(kanan-kiri sungai) mengacu kepada mintakat ini, meski pengertiannya tak
sepenuhnya setangkup.
1.2
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memberikan alternatif
solusi dan bahan ajar bagi siswa yang keterbatasan dalam melakukan kegiatan di
lapangan.
1.3
Manfaat
Manfaat dari dilakukannya praktikum ini ialah agar bertambahnya
pengetahuan mengenai struktur komuitas tumbuhan (RIPARIAN).
Selain itu manfaat dari praktikum ini adalah sebagai penambah
wawasan juga pengetahuan bagaimana cara menganalisis data dengan tepat sehingga
dapat meningkatkan pemahaman tentang cara mengklasifikasikan riparian.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Ada sejumlah cara untuk mendapatkan informasi tentang struktur
dan komposisi komunitas tumbuhan darat. Namun yang paling luas diterapkan
adalah cara pencuplikan dengan kuadrat atau plot berukuran baku. Cara
pencuplikan kuadrat dapat digunakan pada semua tipe komunitas tumbuhan dan juga
untuk mempelajari komunitas hewan yang menempati atau tidak berpindah. Rincian
mengenai pencuplikan kuadrat meliputi ukuran, cacah, dan susunan plot cuplikan
harus ditentukan untuk membentuk komuniatas tertentu yang dicuplik berdasarkan
pada informasi yang diinginkan (Supriatno, 2001).
Metode kuadran mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui
komposisi, dominansi pohon dan menaksir volumenya. Metode ini sering sekali
disebut juga dengan plot less method karena tidak membutuhkan plot dengan
ukuran tertentu, area cuplikan hanya berupa titik. Metode ini cocok digunakan pada individu yang
hidup tersebar sehingga untuk melakukan analisa denga melakukan perhitungan
satu persatu akan membutuhkan waktu yang sangat lama, biasanya metode ini
digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks lainnya.
Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam membent Para pakar
ekologi memandang vegetasi sebagai salah satu komponen dari ekosistem, yang
dapat menggambarkan pengaruh dari kondisi-kondisi faktor lingkungn dari sejarah
dan pada fackor-faktor itu mudah diukur dan nyata. Dengan demikian analisis
vegetasi secara hati-hati dipakai sebagai alat untuk memperlihatkan informasi
yang berguna tentang komponen-komponen lainnya dari suatu ekosistem (Soemarto,
2001 dalam Heriyanto 2009).
Sistem Analisis dengan metode kuadrat, kerapatan, ditentukan
berdasarkan jumlah individu suatu populasi jenis tumbuhan di dalam area
tersebut. Kerimbunan ditentukan berdasarkan penutupan daerah cuplikan oleh
populasi jenis tumbuhan. Dalam praktikum ini, khusus untuk variabel kerapatan
dan kerimbunan, cara perhitungan yang dipakai dalam metode kuadrat adalah
berdasarkan kelas kerapatan dan kelas kerimbunan yang ditulis oleh Braun
Blanquet (1964). Sedangkan frekuensi ditentukan berdasarkan kekerapan dari
jenis tumbuhan dijumpai dalam sejumlah area sampel (n) dibandingkan dengan
seluruh total area sampel yang dibuat (N), biasanya dalam persen (%) (Surasana,
1990).
Struktur dari ordo sosiologis dalam suatu komunitas tumbuhan tak
dapat di pelajari dengan mengobservasi masing-masing dan setiap individu
spesies tumbuhan yang tumbuh dalam suatu habitat, merupakan hal yang tak
mungkin. Untuk itu di perlukan beberapa metode yang di gunakan pakar ekologis
dalam tujuan yakni metode kuadrat dan metode bertitik (Fachrul, 2007).
III. METODELOGI PRAKTIKUM
3.1
Waktu dan Tempat
Praktikum dilakukan di dalam dan di taman laboratorium ekologi
dan manejemen lingkungan perairan FPK UR pada tanggal 11 april 2019.
3.2
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan ialah petak kuadran berukuran 50 x 50 cm
& dan sebuah kalkulator.
3.3
Metode Praktikum
Metode yang digunakan ialah
metode pengamatan langsung.
3.4
Prosedur Praktikum
Sebelum melkukan pengumpulan data, terlebih dahulu dilakukan
pengamatan lapangan, dengan tujuan untuk melihat keadaan dan komposisi tegakan.
Selanjutnya pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan
petak kuadran berukuran 50x50 cm.
Setiap petak kuadran diidentifikasi jenis, diukur diameter dan
tingginya serta dihitung jumlah masing-masing jenis.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil dan Pembahasan
Hasil
dari praktikum struktur komunitas tumbuhan (RIPARIAN) adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Jenis dan jumlah tumbuhan
yang ditemukan dalam
petak
kuadran.
No
|
Jenis tumbuhan
|
Petak Kuadran
1
2 3 4 5
|
Total
|
||||
1.
|
A
|
3
|
3
|
7
|
21
|
31
|
65
|
2.
|
B
|
2
|
-
|
7
|
-
|
3
|
9
|
3.
|
C
|
1
|
-
|
-
|
2
|
4
|
7
|
Tabel 2. Luas tutupan tumbuhan yang
ditemukan pada
petak kuadran.
No
|
Jenis tumbuhan
|
Petak Kuadran
1 2 3 4 5
|
Total
|
||||
1
|
A
|
1,8
|
1,8
|
4,2
|
12,6
|
18,6
|
39
|
2
|
B
|
0,6
|
-
|
1,2
|
-
|
0,9
|
2,7
|
3
|
C
|
0,2
|
-
|
-
|
0,4
|
0,8
|
1,4
|
Dari
pengamatan, pengukuran dan perhitungan yang telah dilakukan di Laboratorium
Ekologi dan Manajemen Lingkungan Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan,
Universitas Riau pada praktikum struktur komunitas tumbuhan didapatkan beberapa
data.
Kerapatan
riparian Ka= 0,8024 Kb= 0,1111 Kc= 0,0864. Dominasi riparian Da= 0,0979 Db=
0,0067 Dc= 0,0035. Frekuensi riparian Fa= 1 Fb= 0,6 Fc= 0,6. Kerapatan relatif
KrA= 17,8512 KrB= 76,1976 KrC= 5,9505. Dominasi relative DrA= 34,8837 DrB=
36,4341 DrC= 28,6821. Frekuensi relative FrA= 35,7142 FrB=35,7142 FrC= 28,5714.
Indeks Nilai Penting = 99,9998+99,9999+99,9998= 299,9995.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Jenis yang mendominasi petak kuadran ialah jenis tumbuhan A,
sedangkan yang paling sedikit adalah tumbuhan C.
5.2
Saran
Dengan hasil praktikum ini diharap kan kita bisa menjaga keadaan
ligkungan kita. Karena lingkungan yang baik adalah lingkungan yang terjaga
kelestariannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Arrijani Setiadi D, dkk., 2008, “Analisis Vegetasi Hulu Das
Cianjur Taman NAsional Gunung Gede-Pangrango”, Biodiversitas, 7(2).
Asna Sussanti, 2016, Buku Saku Analisis Vegetasi Herba di
Kawasan Daerah Aliran Sungai Krueng Jreue Kecamatan IndraPuri Kabupaten Aceh
Besar, (Banda Aceh: FTK Biologi UIN Ar-Raniry.
Burnie David, 2005, Ekologi, Jakarta: Erlangga.
Djajapertjunda, S. 2002. Hutan dan Kehutanan Indonesia dari Masa
ke Masa. IPB Press. Bogor
El Fajri, Nur dan Agustina, Reni. 2013. Ekologi Perairan
Penuntun Praktikum dan Lembar Kerja Praktikan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Riau
Fajri, Nur El dkk. 2018. Penuntun praktikum dan lembar kerja
praktikum. Ekologi perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UR.
Pekanbaru.
Fajri,Nur El et al.2019.Ekologi Perairan Penuntun Pratikum dan
Lembar Kerja Pratikum.Pekanbaru:Universitas Riau.
Heriyanto, Riyan. 2009. Ekologi Tumbuhan. Surasana, syafeieden.
1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: FMIPA Biologi ITB.
Indriyanto, 2008, Ekologi Hutan, Jakarta: Bumi Aksara.
Istomo, Kusmana C (1997) Penuntun praktikum Ekologi Hutan.
Laboratorium Ekologi Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor
Maisaroh,w.2010. Struktur Komunitas Tumbuhan Penutup Tanah di
Taman Hutan Raya R. Soerjo Cangar, Malang .Jurnal Pembangunan dan Alam Lestari
Vol (1) 1 : 1-9
Malanson GP (1995) Riparian landscapes. Cambridge University
Press, Cambridge
Soeriaatmadja dan S.A. Afiff. (1999). Ekologi Jawa dan Bali.
Prenhallindo, Jakarta.